Antara Bisnis, Asa dan Tingginya Tower Besi
Follow my instagram @ariskurnianda
Antara Bisnis, Asa dan Tingginya Tower Besi
Antara Bisnis, Asa dan Tingginya Tower Besi
Terlihat
tumpukan besi berserakan disana sini, menggantikan rimbunan pohon yang dulu
hijau. Dulu, dulu di belakang rumah kami tampak seperti hutan. Kini, telah
ditumbangkan menjadi lahan gersang, di tiap sudut masih terdapat gundukan tanah
sisa galian untuk menanam pondasi dari tiang besi-besi yang berserakan tadi.
Akan dibangun
sebuah tower BTS milik salah satu provider di Indonesia. BTS adalah akronim
dari kata Base Transmission Station
yang masyarakat sering menyebutnya tower telpon, misalnya tower Indosat, tower
XL, tower Telkomsel, dan sebagainya.
Pembebasan lahan
pun dilakukan, dengan berbagai macam cara tentunya. Banyak cara yang dilakukan
pengembang, dengan taktik mendatangi satu persatu rumah warga yang berbatasan
langsung dengan lahan yang akan dibangun tower tersebut. Sudah bisa diketahui
masyarakat akan meminta uang kerohiman yang tinggi setinggi tower yang akan
dibangun. Adu argumen acap kali terjadi, dan yang paling lantang bicara
terlihat dari kaum ibu. Tidak tahu pasti berapa uang yang pengembang janjikan
pada mayarakat, yang jelas taktik mereka berhasil dan izin mendirikan bangunan
pun rampung.
Melihat proses
pembangunannya yang dikerjakan oleh pekerja yang datang jauh dari kota lain.
Membuat saya berpikir dan terhenyak apakah benar mereka pekerjanya? Saya rasa
seusia mereka seharusnya masih mengenyam bangku pendidikan jenjang SMA. Bahkan
saya taksir terdapat juga yang seusia SMP. Keinginan mereka kah atau orangtua
mereka. Pernah suatu hari, iseng saya bertanya pada mereka mengapa memilih
bekerja seperti ini daripada sekolah. Jawaban mereka,”Duitnya buat beli kereta
baru!”. Kereta yang dalam bahasa sumatera berarti sepeda motor lah yang menjadi
impian anak usia sekolah itu. Demi hal itu ia rela bekerja keras di bawah
teriknya matahari hingga membuat kulit mereka legam terbakar sengatan matahari.
Mereka bertugas menggali lubang pada tanah untuk pondasi tower tersebut.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 terdapat 2,5 juta
pekerja anak di seluruh Indonesia yang tidak bisa menikmati pendidikan karena
harus bekerja.1)
Yang saya tidak habis
pikir adalah semudah itu tower besi tinggi dibangun. Hebat memang pengembang dalam
melobby masyarakat agar mereka
setuju. Bukankah seharusnya masyarakat dikumpulkan dahulu dan dijelaskan
mengenai dampak dari keberadaan si menara besi itu yang katanya tidak
berbahaya. Sering terdengar para ibu kadang bernada sumbang berkata “Bahaya itu
kalau ada tower, nanti anak-anak dibawahnya bisa jadi bodoh”. Pemikiran mereka
memang tidak bisa disalahkan karena mereka memang tidak tahu. Untunglah masih
ada beberapa cendikia di kampung yang menjelaskan bahwa tower tersebut tidak
berbahaya, hanya berdampak akan sedikit mempengaruhi barang-barang elektronik,
singkat kata akan bisa rusak. Menurut Joko Catur Wonosobo (2013) data
menunjukkan, berdasarkan pengukuran di lapangan pada jarak sekitar satu meter
dari jalur pita pancar untuk menara yang berfrekuensi 1.800 MHZ, diketahui
bahwa total radiasi yang dihasilkan sebesar 9,5 Watt/m2. Jika tinggi
pemancarnya sekitar 12 meter maka orang yang berada di bawahnya terkena radiasi
sebesar 0,55 Watt/m2.
Kita sebenarnya
tidak perlu terlalu khawatir dengan radiasi dari pemancar yang ada di tower,
karena ketinggian tower rata-rata sekitar 40 meter dan tidak ada manusia yang
tinggal di ketinggian tersebut. Dan radiasi terbesar yang berpotensi mengganggu
kesehatan adalah di udara tepatnya beberapa meter di sekitar antenna pemancar.
Jadi relatif aman untuk kita yang ada di bawah.
Masyarakat harus
tahu dan tidak terlalu khawatir dengan keberadaan tower. Karena sebenarnya
banyak yang lebih berbahaya dari keberadaan tower itu. Tower BTS bukanlah tower
SUTET yang berbahaya, radiasi tower BTS yang berbahaya hanya ada di sekitar
antena, radiasi yang sampai pada warga sekitar tower masih berada dibawah
ambang batas yang ditentukan. Tapi harus diakui, di zaman sekarang ini banyak
penyakit yang tempo dulu tidak ada.
Apa pun kata
para ibu dan apa pun kata pak Haji yang selalu protes akan pembangunan tower
tersebut, mungkin karena tidak dibangun di belakang rumahnya. Seperti yang kita
ketahui bersama biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengembang untuk menyewa
lahan bukan main-main (Ratusan juta rupiah). Bisnis menara telekomunikasi
semakin menjamur, sejak tahun 2008 paska ditetapkannya Permen Kominfo No. 2
Tahun 2008, bisnis menara telekomunikasi terdiversifikasi ke arah bisnis
penyewaan menara. 2)
Perusahaan tower
provider yang sebelumnya fokus ke bisnis pendirian menara, secara cepat
mengembangkan unit bisnis penyewaan menara. Beberapa perusahaan seperti XL
Tower, Indonesia Tower, Protelindo, dan Tower Bersama Group (TBG) agresif
menggarap lahan bisnis ini di Indonesia.
Ahhh… sudahlah,
sekarang yang saya lihat adalah para pekerja sudah mulai menyusun rangka besi.
Berbeda lagi pekerjanya, kali ini tampak lebih professional dan memang pada
usia yang pantas untuk bekerja, dewasa kata yang tepat. Mereka inilah yang akan
melawan gravitasi dan memanjat serta menyusun rangkaian besi hingga mencapai
tinggi yang ditetapkan.
Sungguh berani
sekali para pekerja ini, tanpa memikirkan keselamatan jiwa agaknya. Bayangkan
saja, mereka bekerja tanpa menggunakan helm keselamatan, padahal standar keselamatan
yang satu ini telah disediakan. Namun terbengkalai begitu saja di atas tanah,
tidak digunakan. Satu persatu rangkaian besi dipasang, dikaitkan antara satu
dengan yang lain menggunakan baut besi yang mereka genggam. Pemandangan asing
bagi saya, seorang manusia memacu adrenalin melawan gravitasi naik semakin
tinggi merangkai lagi besi-besi itu, lagi dan semakin tinggi semakin kecil
kelihatannya, pemanjat menyusun hingga ketinggian lebih dari 40 meter. Lebih
kurang 10 hari proses pengerjaan memasang besi menjadi tower pun rampung. Telah
tegak berdiri menjulang sebuah Tower BTS baru di kampung saya.
Di malam hari
tower BTS itu seperti arena pasar malam yang baru muncul. Dengan lampu yang
dipasang sebagai penerang. Banyak anak-anak yang berdatangan untuk sekedar
melihat bahkan bermain. Tidak hanya anak-anak ternyata orang dewasa juga, para
pemuda kampong menjadikannya posko baru untuk ajang berkumpul dan sekedar duduk
ria. Ternyata dibalik kisruh dampak negative yang sering diumbar masyarakat.
Sepertinya nilai positiflah yang lebih terlihat, banyak masyarakat yang
memanfaatkan keberadaan tower ini ternyata. Semoga saja tower besi ini
bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak sesuai dengan kaidah fungsinya.(AK)
2)
Peraturan
Menteri Kominfo No. 2 Tahun 2008
Komentar
Posting Komentar